Mei 15, 2010

Jenis Karangan

I. Paragraf deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci. Paragraf deskrispi bertujuan melukiskan atau memberikan gambaran terhadap sesuatu dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, membaca, atau merasakan hal yang dideskripsikan. Contoh : keadaan banjir, suasana di pasar

Menandai Ciri-ciri Paragraf Deskripsi
Bacalah dua kutipan di bawah ini!
KUTIPAN 1
Malam itu, indah sekali. Di langit, bintang – bintang berkelip – kelip memancarkan cahaya. Hawa dingin menusuk kulit. Sesekali terdengar suara jangkrik, burung malam, dan kelelawar mengusik sepinya malam. Angin berhembus pelan dan tenang.
KUTIPAN 2
Kamar itu, menurut penglihatan saya, sangatlah besar dan bagus. Sebuah tempat tidur besi besar dengan kasur, bantal, guling, dan kelambu yang serba putih, berenda dan berbunga putih, berada di kamar dekat dinding sebelah utara. Kemudian, satu cermin oval besar tergantung di dinding selatan. Di kamar itu juga ada lemari pakaian yang amat besar terbuat dari kayu jati. Lemari kokoh itu tepat berada di samping pintu kamar
Kedua kutipan tersebut adalah contoh paragraf deskripsi. Paragraf deskripsi mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu bertujuan untuk melukiskan suatu objek.
• Dalam paragraf deskripsi, hal-hal yang menyentuh pancaindera (penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, atau perabaan) dijelaskan secara terperinci. Inilah ciri-ciri paragraf deskripsi yang menonjol, seperti dalam kutipan 1.
• Ciri yang kedua adalah penyajian urutan ruang. Penggambaran atau pelukisan berupa perincian disusun secara berurutan; mungkin dari kanan ke kiri, dari atas ke bawah, dari depan ke belakang, dan sebagainya, seperti dalam kutipan 2.
• Ciri deskripsi dalam penggambaran benda atau manusia didapat dengan mengamati bentuk, warna, dan keadaan objek secara detil/terperinci menurut penangkapan si penulis.
….seorang gadis berpakaian hitam…..
….tiga lelaki tanpa alas kaki….

• Dalam paragraf deskripsi, unsur perasaan lebih tajam daripada pikiran.
….bersama terpaan angin yang lembut…..
Langkah menyusun deskripsi:
Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan
Tentukan tujuan
Tentukan aspek-aspek yang akan dideskripsikan dengan melakukan pengamatan
Susunlah aspek-aspek tersebut ke dalam urutan yang baik, apakah urutan lokasi, urutan waktu, atau urutan menurut kepentingan
Kembangkan kerangka menjadi deskripsi

II. Paragraf Eksposisi
Menulis eksposisi sangat besar manfaatnya. Mengapa? Sebagian besar masyarakat menyadari pentingnya sebuah informasi.
Eksposisi merupakan sebuah paparan atau penjelasan. Jika ada paragraf yang menjawab pertanyaan apakah itu? Dari mana asalnya? Paragraf tersebut merupakan sebuah paragraf eksposisi. Eksposisi adalah karangan yang menyajikan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya, pembaca mendapat pengetahuan atau informasi yang sejelas – jelasnya.
Contoh : laporan
Dalam paragraf eksposisi, ada beberapa jenis pengembangan, yaitu (1) eksposisi definisi, (2) eksposisi proses, (3) eksposisi klasifikasi, (4) eksposisi ilustrasi (contoh), (5) eksposisi perbandingan & pertentangan, dan (6) eksposisi laporan.
Mengenali Contoh-contoh Paragraf Eksposisi
PARAGRAF 1
Ozone therapy adalah pengobatan suatu penyakit dengan cara memasukkan oksigen ,urni dan ozon berenergi tinggi ke dalam tubuh melalui darah. Ozone therapy merupakan terapi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita maupun sebagai pencegah penyakit.
PARAGRAF 2
Pemerintah akan memberikan bantuan pembangunan rumah atau bangunan kepada korban gempa. Bantuan pembangunan rumah atau bangunan tersebut disesuaikan dengan tingkat kerusakannya. Warga yang rumahnya rusak ringan mendapat bantuan sekitar 10 juta. Warga yang rumahnya rusak sedang mendapat bantuan sekitar 20 juta. Warga yang rumahnya rusak berat mendapat bantuan sekitar 30 juta. Calon penerima bantuan tersebut ditentukan oleh aparat desa setempat dengan pengawasan dari pihak LSM.
PARAGRAF 3
Sampai hari ke-8, bantuan untuk para korban gempa Yogyakarta belum merata. Hal ini terlihat di beberapa wilayah Bantul dan Jetis. Misalnya, di Desa Piyungan. Sampai saat ini, warga Desa Piyungan hanya makan singkong. Mereka mengambilnya dari beberapa kebun warga. Jika ada warga yang makan nasi, itu adalah sisa-sisa beras yang mereka kumpulkan di balik reruntuhan bangunan. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa bantuan pemerintah kurang merata.
PARAGRAF 4
Pernahkan Anda menghadapi situasi tertentu dengan perasaan takut? Bagaimana cara mengatasinya? Di bawah ini ada lima jurus untuk mengatasi rasa takut tersebut. Pertama, persipakan diri Anda sebaik-baiknya bila menghadapi situasi atau suasana tertentu; kedua, pelajari sebaik-baiknya bila menghadapi situasi tersebut; ketiga, pupuk dan binalah rasa percaya diri; keempat, setelah timbul rasa percaya diri, pertebal keyakinan Anda; kelima, untuk menambah rasa percaya diri, kita harus menambah kecakapan atau keahlian melalui latihan atau belajar sungguh – sungguh.
PARAGRAF 5
Pascagempa dengan kekuatan 5,9 skala richter, sebagian Yogyakarta dan Jawa Tengah luluh lantak. Keadaan ini mengundang perhatian berbagai pihak. Bantuan pun berdatangan dari dalam dan luar negeri. Bantuan berbentuk makanan, obat-obatan, dan pakaian dipusatkan di beberapa tempat. Hal ini dimaksudkan agar pendistribusian bantuan tersebut lebih cepat. Tenaga medis dari daerah-daerah lain pun berdatangan. Mereka memberikan bantuan di beberapa rumah sakit dan tenda – tenda darurat.
PARAGRAF 6
Sebenarnya, bukan hanya ITS yang menawarkan rumah instan sehat untuk Aceh atau dikenal dengan Rumah ITS untuk Aceh (RI-A). Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Departemen Pekerjaan Umum juga menawarkan “Risha” alias Rumah Instan Sederhana Sehat. Modelnya hampir sama, gampang dibongkar-pasang, bahkan motonya “Pagi Pesan, Sore Huni”. Bedanya, sistem struktur dan konstruksi Risha memungkinkan rumah ini berbentuk panggung. Harga Risha sedikit lebih mahal, Rp 20 juta untuk tipe 36. akan tetapi, usianya dapat mencapai 50 tahun karena komponen struktur memakai beton bertulang, diperkuat pelat baja di bagian sambungannya. Kekuatannya terhadap gempa juga telah diuji di laboratorium sampai zonasi enam.
Topik – topik yang Dapat Dikembangkan Menjadi Paragraf Eksposisi
Tujuan paragraf eksposisi adalah memaparkan atau menjelaskan sesuatu agar pengetahuan pembaca bertambah. Oleh karena itu, topik-topik yang dikembangkan dalam paragraf eksposisi berkaitan dengan penyampaian informasi. Berikut ini contoh – contoh topik yang dapat dikembangkan menjadi sebuah paragraf eksposisi.
1. Manfaat menjadi orang kreatif
2. Bagaimana proses penyaluran bantuan langsung?
3. Konsep bantuan langsung tunai.
4. Faktor – faktor penyebab mewabahnya penyakit flu burung.

III. Paragraf Argumentasi
Paragraf Argumentasi adalah paragraf atau karangan yang membuktikan kebenaran tentang sesuatu.
Untuk memperkuat ide atau pendapatnya penulis wacana argumetasi menyertakan data-data pendukung. Tujuannya, pembaca menjadi yakin atas kebenaran yang disampaikan penulis.
Dalam paragraf argumentasi, biasanya ditemukan beberapa ciri yang mudah dikenali. Ciri- ciri tersebut misalnya (1) ada pernyataan, ide, atau pendapat yang dikemukakan penulisnya; (2) alasan, data, atau fakta yang mendukung; (3) pembenaran berdasarkan data dan fakta yang disampaikan. Data dan fakta yang digunakan untuk menyusun wacana atau paragraf argumentasi dapat diperoleh melalui wawancara, angket, observasi, penelitian lapangan, dan penelitian kepustakaan.
Pada akhir paragraf atau karangan, perlu disajikan kesimpulan. Kesimpulan ini yang membedakan argumentasi dari eksposisi.
1. Menyetop bola dengan dada dan kaki dapat ia lakukan secara sempurna. Tembakan kaki kanan dan kiri tepat arahnya dan keras. Sundulan kepalanya sering memperdayakan kiper lawan. Bola seolah-olah menurut kehendaknya. Larinya cepat bagaikan kijang. Lawan sukar mengambil bola dari kakinya. Operan bolanya tepat dan terarah. Amin benar-benar pemain bola jempolan (Tarigan 1981 : 28).
2. Mempertahankan kesuburan tanah merupakan syarat mutlak bagi tiap-tiap usaha pertanian. Selama tanaman dalam proses menghasilkan, kesuburan tanah ini akan berkurang. Padahal kesuburan tanah wajib diperbaiki kembali dengan pemupukan dan penggunaan tanah itu sebaik-baiknya. Teladan terbaik tentang cara menggunakan tanah dan cara menjaga kesuburannya, dapat kita peroleh pada hutan yang belum digarap petani.

Tujuan yang ingin dicapai melalui pemaparan argumentasi ini, antara lain :
1. melontarkan pandangan / pendirian
2. mendorong atau mencegah suatu tindakan
3. mengubah tingkah laku pembaca
4. menarik simpati
Contoh : laporan penelitian ilmiah, karya tulis

IV. Paragraf Narasi
Paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian. Dalam karangan atau paragraf narasi terdapat alur cerita, tokoh, setting, dan konflik. Paragraf naratif tidak memiliki kalimat utama.
Perhatikan contoh berikut!
Kemudian mobil meluncur kembali, Nyonya Marta tampak bersandar lesu. Tangannya dibalut dan terikat ke leher. Mobil berhenti di depan rumah. Lalu bawahan suaminya beserta istri-istri mereka pada keluar rumah menyongsong. Tuan Hasan memapah istrinya yang sakit. Sementara bawahan Tuan Hasan saling berlomba menyambut kedatangan Nyonya Marta.
Paragraf naratif disusun dengan merangkaikan peristiwa-peristiwa yang berurutan atau secara kronologis. Tujuannya, pembaca diharapkan seolah-olah mengalami sendiri peristiwa yang diceritakan.
Contoh : novel, cerpen, drama
Paragraf narasi dibedakan atas dua jenis, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Paragraf narasi ekspositoris berisikan rangkaian perbuatan yang disampaikan secara informatif sehingga pembaca mengetahui peristiwa tersebut secara tepat.
Siang itu, Sabtu pekan lalu, Ramin bermain bagus. Mula-mula ia menyodorkan sebuah kontramelodi yang hebat, lalu bergantian dengan klarinet, meniupkan garis melodi utamanya. Ramin dan tujuh kawannya berbaris seperti serdadu masuk ke tangsi, mengiringi Ahmad, mempelai pria yang akan menyunting Mulyati, gadis yang rumahnya di Perumahan Kampung Meruyung. Mereka membawakan lagu “Mars Jalan” yang dirasa tepat untuk mengantar Ahmad, sang pengantin….
Sumber : Tempo, 20 Februari 2005
Paragraf narasi sugestif adalah paragraf yang berisi rangkaian peristiwa yang disusun sedemikian rupa seehingga merangsang daya khayal pembaca, tentang peristiwa tersebut.
Patih Pranggulang menghunus pedangnya. Dengan cepat ia mengayunkan pedang itu ke tubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum mengenai tubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum mengenai tubuh Tunjungsekar, pedang itu jatuh ke tanah. Patih Pranggulang memungut pedang itu dan membacokkan lagi ke tubuh Tunjungsekar. Tiga kali Patih Pranggulang melakukan hal itu. Akan tetapi, semuanya gagal.
Sumber : Terampil Menulis Paragraf, 2004 : 66


V. Paragraf Persuasi
Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu.
Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.Oleh karena itu, biasanya disertai penjelasan dan fakta-fakta sehingga meyakinkan dan dapat mempengaruhi pembaca.
Pendekatan yang dipakai dalam persuasi adalah pendekatan emotif yang berusaha membangkitkan dan merangsang emosi.
Contoh : (1) propaganda kelompok / golongan, kampanye, (2) iklan dalam media massa, (2) selebaran, dsb.

karangan yang bertujuan mempengaruhi dan membujuk pembaca
Sistem pendidikan di Indonesia yang dikembangkan sekarang ini masih belum memenuhi harapan. Hal ini dapat terlihat dari keterampilan membaca siswa kelas IV SD di Indonesia yang berada pada peringkat terendah di Asia Timur setelah Philipina, Thailand, Singapura, dan Hongkong. Selain itu, berdasarkan penelitian, rata-rata nilai tes siswa SD kelas VI untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA dari tahun ke tahun semakin menurun. Anak-anak di Indonesia hanya dapat menguasai 30% materi bacaan. Kenyataan ini disajikan bukan untuk mencari kesalahan penentu kebijakan, pelaksana pendidikan, dan keadaan yang sedang melanda bangsa, tapi semata-mata agar kita menyadari sistem pendidikan kita mengalami krisis. Oleh karena itu, semua pihak perlu menyelamatkan generasi mendatang. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memperbaiki sistem pendidikan nasional.


Topik/ tema yang tepat untuk persuasi, misalnya:
Katakan tidak pada NARKOBA
Hemat energi demi generasi mendatang
Hutan sahabat kita
Hidup sehat tanpa rokok
Membaca memperluas cakrawala
Langkah menyusun persuasi:
Menentukan topik/ tema
Merumuskan tujuan
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
Menyusun kerangka karangan
Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi

Parafrase Puisi

PARAFRASE PUISI

Yang dimaksud parafrase adalah mengubah puisi menjadi bentuk sastra lain (prosa). Hal itu berarti bahwa puisi yang tunduk pada aturan-aturan puisi diubah menjadi prosa yang tunduk pada aturan-aturan prosa tanpa mengubah isi puisi tersebut.
Perlu diketahui bahwa parafrase merupakan metode memahami puisi, bukan metode membuat karya sastra. Dengan demikian, memparafrasekan puisi tetap dalam kerangka upaya memahami puisi.
Ada dua metode parafrase puisi, yaitu
a. Parafrase terikat, yaitu mengubah puisi menjadi prosa dengan cara menambahkan sejumlah kata pada puisi sehingga kalimat-kalimat puisi mudah dipahami. Seluruh kata dalam puisi masih tetap digunakan dalam parafrase tersebut.
b. Parafrase bebas, yaitu mengubah puisi menjadi prosa dengan kata-kata sendiri. Kata-kata yang terdapat dalam puisi dapat digunakan, dapat pula tidak digunakan. Setelah kita membaca puisi tersebut kita menafsirkan secara keseluruhan, kemudian menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri.

Contoh:
Perhatikan puisi Chairil Anwar berikut ini:
HAMPA
kepada Sri
Sepi di luar. Sepi menekan-mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti. Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.
Dengan teknik parafrase ini kita tambah beberapa
kata agar lebih mudah dipahami.

Bentuk parafrase puisi :

HAMPA
kepada Sri
(keadaan amat) Sepi di luar (sana).
(Keadaan) Sepi (itu) menekan-(dan) mendesak.
Lurus kaku pohon(-pohon)an (disana).
(pohonan itu) Tak bergerak
Sampai ke puncak (nya). Sepi (itu) memagut(ku),
Tak satu kuasa (pun dapat) melepas-(dan me)renggut(nya
dariku)
Segala(nya hanya) menanti. Menanti. (dan) Menanti (lagi).
(menanti dalam) Sepi.
(di) Tambah (lagi dengan keadaan saat) ini (,) menanti jadi
mencekik (malah)
Memberat(kan dan)-mencekung (kan) punda (kku)
Sampai binasa segala(-galanya). (itu pun) Belum apa-apa
(bahkan) Udara (pun telah) bertuba. Setan (pun) bertempik
(sorak)
Ini (,) (peraan) sepi (ini) terus (saja) ada.
Dan (aku masih tetap) menanti.

Teknik parafrase ini hanya diperlukan bagi puisi-puisi yang sangat minim kata-katanya. Bila suatu puisi telah tersusun kata-kata yg mudah dipahami, maka tidak diperlukan lagi membuat
parafrase.

April 30, 2010

Kata Serapan

Berikut ini adalah istilah-istilah dalam bahasa Indonesia yang berasal/diserap dari bahasa Inggris. Untuk akhiran-akhiran yang umum, seperti -logi, -grafi, -isme, bisa dilihat di dalam Kategori:Sufiks. Banyak kata-kata dalam bahasa Inggris juga diserap dari bahasa-bahasa lain, terutama Latin dan Yunani, dan bahasa Indonesia terkadang menyerap langsung dari bahasa-bahasa tersebut, tanpa melalui bahasa Inggris. Selain itu masih banyak lagi istilah-istilah dari bahasa Inggris yang bertopik khusus, misalnya biologi, teknologi informasi, dan hukum.

A

  • adequate - adekuat
  • application - aplikasi
  • actor - aktor
  • aquarium - akuarium
  • allergy - alergi
  • artist - artis
  • access - akses
  • acting - akting
  • accessory - asesori
  • activist - aktivis
  • actress - aktris
  • accomodation - akomodasi
  • acupuncture - akupungtur
  • alliance - aliansi
  • apartment - apartemen
  • appreciation - apresiasi
  • asset - aset
  • association - asosiasi
  • astronaut - astronot
  • assumption - asumsi
  • agronomy - agronomi
B. 
  • ballpoint - bolpen
  • balloon - balon
  • business - bisnis
C.
E.
F.
G.
H. 
I. 
  • ice - es
  • idol - idola
  • infrastructure - infrastuktur
  • illegal - ilegal
  • imperialist - imperialis
  • improvisation - improvisasi
  • impulsive - impulsif
  • inflation - inflasi
  • innovation - inovasi
  • insecticide - insektisida
  • instant - instan
  • instinct - insting
  • instrument - instrumen
  • interaction - interaksi
  • intermezzo - intermezo
  • interpretation - interpretasi
  • internist - internis
  • interruption - interupsi
  • intervention - intervensi
  • injection - injeksi
  • invasion - invasi
  • investation - investasi

J

K

[sunting] L

M

N

O

  • oasis - oase
  • obsession - obsesi
  • okay - oke
  • oxygen - oksigen
  • opposition - oposisi
  • option - opsi
  • optic - optik
  • oration - orasi
  • orbit - orbit
  • orgasm - orgasme
  • orientation - orientasi
  • overactive - overaktif
  • ovulation - ovulasi
  • ozone - ozon

P

  • panelist - panelis
  • paradigm - paradigma
  • paradox - paradoks
  • paramedic - paramedik
  • parody - parodi
  • particle - partikel
  • passport - paspor
  • patent - paten
  • pelican - pelikan
  • phenomenon - fenomena
  • photo - foto
  • plastic - plastik
  • pollution - polusi
  • prediction - prediksi
  • premature - prematur
  • property - properti
  • protection - proteksi
  • psychology - psikologi
  • pulse - pulsa

R

S

  • safari - safari
  • science - sains
  • saxophone - saksofon
  • sample - sampel
  • satellite - satelit
  • sexy - seksi
  • cellular - selular
  • scheme - skema
  • sceptic - skeptis
  • score - skor
  • scooter - skuter
  • solution - solusi
  • simulation - simulasi
  • smash - smes
  • speculation - spekulasi
  • stethoscope - stetoskop
  • stress - stres
  • stok - stock
  • syndicate - sindikat
  • supervision - supervisi
  • supply - suplai
  • survey - survei
  • souvenir - suvenir

T

V



Kata-kata yang diserap secara utuh

Kata-kata yang tidak mengalami penyesuaian kaidah antara lain: bar, bikini, chatting, digital, domain, doping, download dan upload[1], e-mail [2], era, fatal, film, forum, game [3], generator, global, golf, handphone [4], herbal, hologram, humor, internet, insomnia, investor, jumbo, laptop, laser, libido, lift, monster, novel, orbit, opera, parabola, paranormal, partner, pizza, radar, regional, robot, supermarket, target, unit, video, visual, voucher, vulgar, refill (isi ulang), remote, runner-up (juara dua), stainless steel (baja tahan karat), tomboy (tomboi), timer, textbook (buku teks), drop-out, deadline (tenggat waktu), leasing, sweater, microwave, megabyte, channel, charger, clearing, fee (upah), booking, blue-jean, bestseller, pick-up, outlet, nonstop, password (kata sandi), online, mark-up, hunting, corned-beef, knock-out, casing, overhead-projector, offside, boarding, sweeping, visa, truck (truk), paranoid, hard-disk, multimedia, scope, stroke, bar-code, sponsor, snack, baby-sitter, jazz, helm, frigid, sedan, recall, booting, check-up,foklift, spray, draw (seri), stocking, voting, ranking, fifty-fifty.

April 28, 2010

Perkembangan dan Pengembangan Alinea

1. Sebab-Akibat
Perkembangan sebuah aline dapat juga dinyatakan dengan menggunakan sebab-akibat sebagai dasar. Dalam hal ini sebab dapat bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Tetapi dapat juga terbalik, yaitu akibat dijadikan gagasan utama, sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya. Persoalan sebab-akibat sangat dekat hubungannya dengan proses. Bila proses itu dipecah-pecahkan untuk mencari hubungan antara bagian-bagiannya, maka proses itu dinamakan proses kausal atau sebab-akibat.
Dalam mengemukakan hubungan sebab akibat, tersebut, pengarang harus menggarap persoalannya berdasarkan suatu rangka tertentu, misalnya berdasarkan kepentingan relatifnya, berdasarkan kesederhanaan atau kekompleksannya, kelangsungan atau ketidaklangsungan sebab atau akibat itu terhadap pokok utamanya.
Dalam uraian-uraian yang bersifat logis, misalnya tulisan-tulisan ilmiah, tesis, skripsi, dll., sebab dan akibat memegang peranan yang sangat penting. Dalam eksposisi biasa, sebab dan akibat dikemukakan berdasarkan observasi dan refleksi yang ada. Seseorang yang menderita penyakit flu akan dihadapkaan dengan serangkaian sebab yang diduga telah mengakibatkan penyakit flu tersebut.
“Melihat sepintas lalu masyarakat kota bandar kita terkesan oleh kesibukan-kesibukan kerja dan lalu lintas sehari-hari. Hubungan dagang dengan relasi dari luar daerah pulau ataupun asing yang pemberesannya harus selekas mungkin diadakan berhubung dengan terikatnya perahu layar pada musim angin, pemuatan barang-barang ekspor dan pembongkaran barang-barang impor , semuanya itu tak memungkkinkan orang bekerja pelan-pelan seperti menanti menguningnya padi di musim panen. Kiranya inilah yang membuat type manusia pesisiran, yang lain dari type manusia pedalaman. Keluasan muka laut membentuk jiwa lepas dan bebas. Silih bergantinya pergaulan dengan orang-orang dari berbagai suku dan kebangsaan, memberi sifat kelonggaran dan suka menerima unsur-unsur baru. Tetapi sekali kita berjumpa dengan rombongan bangsawan dengan pengiringnya yang sedang mengadakan inspeksi di luar bandar, kita selalu memperloleh kesimpulan lain, yaitu kebebasan masyarakat pesisir yang terikat. Kesan demikian reasonable”.
Contoh di atas lebih jelas membicarakan mengapa jiwa orang pesisir lebih dinamis dan lebih bebas, bila dibandingkan dengan orang-orang di pedalaman. Mengapa demikian? Bila kita dapat mengajukan pertanyaan itu, berarti kita harus mencari sebab-sebabnya. Akibat yang disimpulkan dari aliena di atas adalah “kebiasaan masyarakat pesisir yang terikat. Sebaliknya cobaperhatikan kutipan di bawah ini:
“Dalam tekanan mental yang demikian hebat, tiba-tiba terjadi ledakan fitnah Gerakan Tigapuluh September. Ternyata akibat peristiwa ini terjadi kegoncangan hebat dalam sendi-sendi kehidupan. Suara hati yang selama ini tertindis tipis-tipis, membesit ke luar dan menjadi banjir besar yang menantang sendi-sendi hidup lama. Lahirlah angkatan baru yang berjuang atas dorongan hati nurani. Muncullah sajak-sajak yang membawakan suara orde baru seperti kumpulan-kumpulan Sajak taufik Ismail Tirani, Benteng, kumpulan sajak W. Situmerang Kebangkitan, dan lain-lain”.
Bila dibandingkan dengan kutipan pertama di atas, kutipan kedua ini lebih memperinci secara mendetail akibat-akibat. Sebab dinyatakan secara ringkas atau umum, yaitu ledakan fitnah Gerakan Tigapuluh September, sedangkan perincian-perincian ditekankan kepada akibat-akibat. Kutipan pertama di atas sebaliknya lebih memperinci sebab-sebabnya. Namun kedua kutipan mempunyai dasar yang sama yaitu membicarakan sebab dan akibat.
Sebuah variasi dari sebab-akibat ini adalah pemecahan masalah. Pemecahan masalah juga bertolak dari hubungan kausal, tetapi tidak berhenti di situ saja; ia masih berjalan lebih lanjut menunjukkan jalan-jalan ke luar untuk menjauhkan sebab-sebab tertentu, atau menjauhkan akibat-akibat yang dihasilkan oleh sebab-sebab tadi.

2. Analogi
Analogi menunjukkan ketidaksamaan (perbedaan) yang sisitematis antara dua barang atau hal yang berlainan kelasnya. Lain halnya dengan perbandingan dan pertentangan yang memberikan sejumlah ketidaksamaan antara dua hal. Bila seseorang mengatakan “awan dari sebuah atom itu membentuk sebuah cendawan raksasa”, maka perbandingan antara awan ledakan atom dan cendawa merupakan sebuah analogi, sebab sebuah hal itu sangat berbeda kelasnya, kecuali kesmaan bentuknya.
Analogi biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang tidak atau kurang dikenal dengan sesuatu yang dikenal baik oleh umum, untuk menjelaskan hal yang kurang umum. Perhatikan contoh berikut:
“Pencabangan suatu bahasa proto menjadi dua bahasa baru atau lebih, serta tiap-tiap bahasa baru itu dapat bercabang pula dan seterusnya, dapat disamakan dengan pencabangan sebatang pohon. Pada suatu waktu batang pohon tadi mengeluarkan ranting-ranting yang baru. Demikian seterusnya. Begitu pula pencabangan pada bahasa.
Tetapi harus diingat bahwa antara pencabangan bahasa dan pencabangan sebatang pohon terdapat suatu perbedaan. Setelah sebuah bahasa bercabang, maka antara bahasa-bahasa yang baru itu masih terdapat kontak timbal-balik, masih terjalin pengaruh mempengaruhi antara kedua bahasa itu. Lain halnya dengan cabang sebuah pohon atau ranting yang terpisah, ia tidak menghiraukan lagi nasib cabang atau ranting-ranting lainnya.”

3. Perbandingan dan Pertentangan
 
Yang dimaksud dengan perbandingan dan pertentangan adalah suatu suatu cara dimana pengarang menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang, obyek atau gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu. Kita dapat membandingkan misalnya dua tokoh pendidikan, bagaimana poltik pendidikan yang dijalaninya dengan memperhatikan pula segi-segi lain untuk menerangkan gagasan sentral itu. Maksud daripada perbandingan itu adalah untuk sampai kepada suatu penilaian yang relative kepada kedua tokoh tersebut. Segi-segi perbandingan harus disusun sekian macam sehingga kita dapat sampai kepada gagasan sentralnya. Misalnya mula-mula kita membandingkan rasa humor mereka, cara mereka menghadapi lawan-lawannya, cara mereka menghadapi pendukung-pendukungnya, serta tingkah laku pribadi mereka; rangkaian perbandingan-perbandingan itu diarahkan kepada gagasan sentral, yaitu bagaimana rasa humor mereka menjadi senjata politis, serta bagaimana mereka menghadapi lawan-lawan mereka sekian maca sehingga tidak merugikan sahabat-sahabat dan sekutu-sekutu mereka.
Perhatikan kutipan di bawah ini:
“Demokratisering yeng menandai sepak terjang Angkatan ’66 yang juga sangat terkenal dengan istilah Orde Baru pada hakekatnya adalah bangkitnya kesadaran dan keinsafan akan pentingnya kritik. Sebab demokrasi tanpa kritik merupakan isapan jempol belaka. Demikian tulis Prof. Dr. R.C. Kwant. ‘Kritik menyodorkan kenyataan secara penuh tanggung-jawab dengan tujuan agar orang yang bersangkutan mengadakan pemikiran kembali dan selanjutnya mengadakan perbaikan diri atau self koreksi’.
Mengapa demokratisering dan dinamisering dengan cita-cita yang begitu luhur itu dapat kurang lancer jalannya, pada hemat kami memang bisa dimaklumi dengan mengingat namanya sendiri yakni Orde Baru. Ini berarti bahwa kritik masih merupakan hal yang baru. Hal ini jelas kita taruhkan pada latar belakang orde lama sebagai kebalikannya. Dalam kehidupan orde lama kata “kritik” tidak termuat dalam kamus sehari-hari. Yang ada ialah kata-kata macam menjilat, mendukung tanpa reserve dan sebagai kelanjutannya adalah merongrong, ganyang dan mendongkel. Kata-kata terakhir itu diperuntukkan lawan-lawannya yang tidak sepaham, sebab setiao gejala yang menunjukkan akan adanya suatu pengertian ke arah kebaikan tetapi yang tidak begitu mendatangkan kenan lingkungan istana karena dipandang bertentangan dengan apa yang sedang berlaku maka disebutnya merongrong kewibawaan, melawan kebijaksanaan yang telah digariskan oleh pemerintah. Kuliah filsafat yang menjadikan manusia bisa berpikir lurus dan kritis dan karenanya telah dijadikan studium generale kemudian harus dicabut dari lembaga ilmiah tertinggi ini dengan dalil ‘menghidupkan alam pikiran liberal’. Karenanya harus diganyang oleh setiap orang yang selalu siap mendukung tanpa reserve pada setiap tindakan yang mau merealisasikan gagasan ‘ilmu untuk rakyat’. Filsafat adalah ajaran kaum liberalis borjuis, dengan sendirinya rakyat yang menciptakan masyarakat sosialis emoh filsafat”.
Alinea pertama hanya berfungsi sebagai dasar untuk memahami alinea yang kedua. Dasar yang dinyatakan dalam alinea pertama itu adalah pentingnya kritik. Tetapi supaya persoalan kritik ini bisa lebih jelas fungsinya maka diuraikan dalam sebuah perbandingan, yaitu antara orde lama dan orde baru. Dalam orde lama kritik tidak ada. Karena tidak ada kritik, maka timbulah akibat selanjutnya: menjilat, mendukung tanpa reserve: sedanfkan untuk lawan-lawan politik dilontarkan kata-kata: merongrong, ganyang dan mendongkel; begitu pula kuliah filsafat yang membuat manusia bisa berpikir kritis dilarang. Kalau kita melihat ciri-ciri orde lalma ini, maka orde baru haruslah merupakan kebalikan dari itu. Yakni adanya kritik dengan segala konsekuensinya.
(Selanjutnya: Analogi)
Referensi: Prof. DR. Gorys Keraf_Komposisi_Sebuah Pengantar Kenahiran Bahasa
 

Tema Karangan

Tema Karangan
Pengertian tema, secara khusus dalam karang-mengarang, dapat dilihat dari dua sudut, yaitu dari dari sudut karangan yang telah selesai dan dari proses penyusunan sebuah karangan.
Dilihat dari sudut sebuah karangan yang telah selesai, tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Amanat utama ini dapat diketahui misalnya bila seorang rnembaca sebuah roman, atau karangan lainnya. Selesai membaca karangan tersebut, akan meresaplah ke dalam pikiran pembaca suatu sari atau makna dari seluruh karangan itu. Sebuah buku roman misalnya akan memiliki sebuah tema dasar yang dapat dirumuskan dalam sebuah kalimat singkat: “Karena kuatnya pengaruh adat-istiadat, maka setiap perjuangan muda-mudi untuk rnenentukan sendiri kawan-hidupnya di sekitar tahun dua puluhan, akan selalu menemui kegagalan”. Inti atau sari amarrat dari buku roman yang hanjang lebar menguraikan kisah asmara antara seorang pemuda A dan Pemudi B, yang akhirnya hancur berantakan karena halangan dari pihak orang tua dan adat-istiadat, sebagai yang dirumuskan dalam kalimat singkat di atas tadi, itulah yang dinamakan tema.
Dari segi proses penulisan kita bisa membatasi tema dengan suatu rumusan yang agak berlainan, walaupun nantinya apa yang dirumusk an itu pada hakekatnya sama saja. Dalam kenyataan untuk menulis suatu karangan, penulis harus memilih suatu topik atau pokok pembicaraan. Di atas pokok pembicaraan itulah ia menempatkan suatu tujuan yang ingin disampaikan dengan landasan topik tadi. Dengan demikian pada waktu menyusun sebuah tema atau pada waktu menentukan sebuah tema untuk sebuah karangan ada. dua. unsur yang paling dasar perlu diketahui yaitu topik atau pokok pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi. Berdasarkan kenyataan ini, pengertian tema dapat dibatasi sebagai: suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi.
Hasil perumusan yang kita namakan tema tadi, bisa dinyatakan dalam sebuah kalimat singkat seperti contoh yang telah dikemukakan di atas. Tetapi tema itu dapat pula mengambil bentuk yang Iebih luas berupa sebuah alinea, atau berupa rangkaian dari alinea-alinea. Bentuk yang terakhir ini biasanya disamakan dengan ikhtisar, dan kadang-kadang dengan ringkasan. Antara ringkasan dan tema sebenarnya terdapat perbedaan besar, karena dalam sebuah ringkasan masih disebutkan para pelaku dengan alur kisahnya (plot) dan sebagainya. Sedangkan tema hanya merupakan gagasan-gagasan atau amanat yang ingin disampaikan pada para pembaca, belurn dijalin dengan para pelaku, tempat sebagai ruang berlangsungnya peristiwa atau aktivitas dan interaksi antara. para tokohnya. Ringkasan merupakan utaian itu secara komplit dalam bentuk yang singkat, sedangkan tema merupakan sari dasar atau amanat yang akan disampaikan penulis.
Bagaimanapun semua karya, entah sebuah buku yang bersifat rekaan (fiktif) seperti roman, novel, cerpen,.atau sebuah buku yang bersifat non-fiktif tentang masalah perburuhan, politik internasional, perkembangan teknologi modern, hasil penelitian dsb., harus memiliki sebuah tema, atau sebuah amanat utama. yang akan disampaikan kepada para pembaca. Atau dengan kata lain amanat utama yang akan disampaikan itu merupakan suatu maksud tertentu yang dijalin dalam sebuah topik pembicaraan.
Panjang tema tergantung dari berapa banyak hal yang akan disampaikan sebagai perincian dari tujuan utama, dan kemampuan penulis untuk memperinci dan mengemukakan ilustrasi-ilustrasi yang jelas dan terarah. Perbandingan antara tema dengan karangan dapat disamakan dengan hubungan antara sebuah kalimat dan gagasan utama kalimat yang terdiri dari subyek dan predikat. Semua bagian kalimat lainnya hanya berfungsi untuk memperjelas gagasan-gagasan utama tadi. Begitu pula, kedudukan tema secara lebih konkrit dapat kita lihat dalam hubungan antara kalimat topik dan alinea. Kalimat topik merupakan tema dari alinea itu. Sedangkan kalimat-kalimat lainnya hanya berfungsi untuk memperjelas kalimat topik atau tema alinea tersebut.
Reference: Prof. DR. Gorys Keraf. Komposisi_Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa

Paragraf Deduktif, Induktif dan Deduktif-Induktif

Paragraf deduktif
Paragraf dengan kalimat utama di awal, kemudian diikuti oleh kalimat penjelas.
Contoh :
Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional. Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku.

Paragraf induktif:
Kalimat utama terletak di akhir paragraf setelah kalimat-kalimat penjelas.
Contoh :
Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku. Itulah beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional

Paragraf Deduktif-Induktif
Kalimat Utamanya terdapat pada awal paragraph, dan ai akhir juga ada loh….
Contoh :
Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional (UAN). Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku. Oleh karena itu, maka sebaiknya para guru memberitahukan tips belajar menjelang UAN.

Mengubah Kalimat Aktif menjadi Kalimat Pasif dan Kalimat Pasif manjadi Kalimat Aktif

Untuk mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif dan juga sebaliknya dapat dilakukan langkah-langkah mudah berikut ini :
1. Mengubah awalan pada Predikat
    Yaitu menukar awalan me- atau ber- dengan di- atau ter- dan begitu sebaliknya.
2. Menukar Subyek dengan Obyek dan sebaliknya
    Menukar kata benda yang tadinya menjadi obyek menjadi subyek dan begitu sebaliknya.
    Contoh :
    Ibu memasak sayur => Sayur dimasak oleh ibu.

 Berikut contoh kalimat lain :
"Joni berkawan dengan Ariel => Ariel dikawani Joni"
hal ini berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:


1. Kalimat yang memiliki fungsi P (prediakat) berimbuhan ber- tergolong sebagai bentuk Kalimat Aktif      Intransitif yang berarti tidak dapat diubah bentuk atau susunannya

2. Kalimat AKtif Intransitif, umumnya berpola S-P-Pel/K bukan S-P-O

3. Fungsi Pel (pelengkap) tidak dapat ditransfer atau diubah seperti halnya fungsi O (objek) menjadi fungsi S (subjek) dalam bentuk pasif

4. Awalan ber- tidak memiliki bentuk pasif selayaknya awalan me-, me-i, me-kan, memper-i dan atau memper-kan dengan bentuk pasif di-, di-i, di-kan, diper-i dan atau diper-kan.

Oleh karena itu, bentuk Kalimat Aktif Intransitif :
"Joni berkawan dengan Ariel" (benar dan tidak dapat dipasifkan)
namun, bentuk Kalimat Aktif Transitif:
"Joni melukai Ariel => Ariel dilukai Joni (benar dan dapat dipasifkan)