April 30, 2010

Kata Serapan

Berikut ini adalah istilah-istilah dalam bahasa Indonesia yang berasal/diserap dari bahasa Inggris. Untuk akhiran-akhiran yang umum, seperti -logi, -grafi, -isme, bisa dilihat di dalam Kategori:Sufiks. Banyak kata-kata dalam bahasa Inggris juga diserap dari bahasa-bahasa lain, terutama Latin dan Yunani, dan bahasa Indonesia terkadang menyerap langsung dari bahasa-bahasa tersebut, tanpa melalui bahasa Inggris. Selain itu masih banyak lagi istilah-istilah dari bahasa Inggris yang bertopik khusus, misalnya biologi, teknologi informasi, dan hukum.

A

  • adequate - adekuat
  • application - aplikasi
  • actor - aktor
  • aquarium - akuarium
  • allergy - alergi
  • artist - artis
  • access - akses
  • acting - akting
  • accessory - asesori
  • activist - aktivis
  • actress - aktris
  • accomodation - akomodasi
  • acupuncture - akupungtur
  • alliance - aliansi
  • apartment - apartemen
  • appreciation - apresiasi
  • asset - aset
  • association - asosiasi
  • astronaut - astronot
  • assumption - asumsi
  • agronomy - agronomi
B. 
  • ballpoint - bolpen
  • balloon - balon
  • business - bisnis
C.
E.
F.
G.
H. 
I. 
  • ice - es
  • idol - idola
  • infrastructure - infrastuktur
  • illegal - ilegal
  • imperialist - imperialis
  • improvisation - improvisasi
  • impulsive - impulsif
  • inflation - inflasi
  • innovation - inovasi
  • insecticide - insektisida
  • instant - instan
  • instinct - insting
  • instrument - instrumen
  • interaction - interaksi
  • intermezzo - intermezo
  • interpretation - interpretasi
  • internist - internis
  • interruption - interupsi
  • intervention - intervensi
  • injection - injeksi
  • invasion - invasi
  • investation - investasi

J

K

[sunting] L

M

N

O

  • oasis - oase
  • obsession - obsesi
  • okay - oke
  • oxygen - oksigen
  • opposition - oposisi
  • option - opsi
  • optic - optik
  • oration - orasi
  • orbit - orbit
  • orgasm - orgasme
  • orientation - orientasi
  • overactive - overaktif
  • ovulation - ovulasi
  • ozone - ozon

P

  • panelist - panelis
  • paradigm - paradigma
  • paradox - paradoks
  • paramedic - paramedik
  • parody - parodi
  • particle - partikel
  • passport - paspor
  • patent - paten
  • pelican - pelikan
  • phenomenon - fenomena
  • photo - foto
  • plastic - plastik
  • pollution - polusi
  • prediction - prediksi
  • premature - prematur
  • property - properti
  • protection - proteksi
  • psychology - psikologi
  • pulse - pulsa

R

S

  • safari - safari
  • science - sains
  • saxophone - saksofon
  • sample - sampel
  • satellite - satelit
  • sexy - seksi
  • cellular - selular
  • scheme - skema
  • sceptic - skeptis
  • score - skor
  • scooter - skuter
  • solution - solusi
  • simulation - simulasi
  • smash - smes
  • speculation - spekulasi
  • stethoscope - stetoskop
  • stress - stres
  • stok - stock
  • syndicate - sindikat
  • supervision - supervisi
  • supply - suplai
  • survey - survei
  • souvenir - suvenir

T

V



Kata-kata yang diserap secara utuh

Kata-kata yang tidak mengalami penyesuaian kaidah antara lain: bar, bikini, chatting, digital, domain, doping, download dan upload[1], e-mail [2], era, fatal, film, forum, game [3], generator, global, golf, handphone [4], herbal, hologram, humor, internet, insomnia, investor, jumbo, laptop, laser, libido, lift, monster, novel, orbit, opera, parabola, paranormal, partner, pizza, radar, regional, robot, supermarket, target, unit, video, visual, voucher, vulgar, refill (isi ulang), remote, runner-up (juara dua), stainless steel (baja tahan karat), tomboy (tomboi), timer, textbook (buku teks), drop-out, deadline (tenggat waktu), leasing, sweater, microwave, megabyte, channel, charger, clearing, fee (upah), booking, blue-jean, bestseller, pick-up, outlet, nonstop, password (kata sandi), online, mark-up, hunting, corned-beef, knock-out, casing, overhead-projector, offside, boarding, sweeping, visa, truck (truk), paranoid, hard-disk, multimedia, scope, stroke, bar-code, sponsor, snack, baby-sitter, jazz, helm, frigid, sedan, recall, booting, check-up,foklift, spray, draw (seri), stocking, voting, ranking, fifty-fifty.

April 28, 2010

Perkembangan dan Pengembangan Alinea

1. Sebab-Akibat
Perkembangan sebuah aline dapat juga dinyatakan dengan menggunakan sebab-akibat sebagai dasar. Dalam hal ini sebab dapat bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Tetapi dapat juga terbalik, yaitu akibat dijadikan gagasan utama, sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya. Persoalan sebab-akibat sangat dekat hubungannya dengan proses. Bila proses itu dipecah-pecahkan untuk mencari hubungan antara bagian-bagiannya, maka proses itu dinamakan proses kausal atau sebab-akibat.
Dalam mengemukakan hubungan sebab akibat, tersebut, pengarang harus menggarap persoalannya berdasarkan suatu rangka tertentu, misalnya berdasarkan kepentingan relatifnya, berdasarkan kesederhanaan atau kekompleksannya, kelangsungan atau ketidaklangsungan sebab atau akibat itu terhadap pokok utamanya.
Dalam uraian-uraian yang bersifat logis, misalnya tulisan-tulisan ilmiah, tesis, skripsi, dll., sebab dan akibat memegang peranan yang sangat penting. Dalam eksposisi biasa, sebab dan akibat dikemukakan berdasarkan observasi dan refleksi yang ada. Seseorang yang menderita penyakit flu akan dihadapkaan dengan serangkaian sebab yang diduga telah mengakibatkan penyakit flu tersebut.
“Melihat sepintas lalu masyarakat kota bandar kita terkesan oleh kesibukan-kesibukan kerja dan lalu lintas sehari-hari. Hubungan dagang dengan relasi dari luar daerah pulau ataupun asing yang pemberesannya harus selekas mungkin diadakan berhubung dengan terikatnya perahu layar pada musim angin, pemuatan barang-barang ekspor dan pembongkaran barang-barang impor , semuanya itu tak memungkkinkan orang bekerja pelan-pelan seperti menanti menguningnya padi di musim panen. Kiranya inilah yang membuat type manusia pesisiran, yang lain dari type manusia pedalaman. Keluasan muka laut membentuk jiwa lepas dan bebas. Silih bergantinya pergaulan dengan orang-orang dari berbagai suku dan kebangsaan, memberi sifat kelonggaran dan suka menerima unsur-unsur baru. Tetapi sekali kita berjumpa dengan rombongan bangsawan dengan pengiringnya yang sedang mengadakan inspeksi di luar bandar, kita selalu memperloleh kesimpulan lain, yaitu kebebasan masyarakat pesisir yang terikat. Kesan demikian reasonable”.
Contoh di atas lebih jelas membicarakan mengapa jiwa orang pesisir lebih dinamis dan lebih bebas, bila dibandingkan dengan orang-orang di pedalaman. Mengapa demikian? Bila kita dapat mengajukan pertanyaan itu, berarti kita harus mencari sebab-sebabnya. Akibat yang disimpulkan dari aliena di atas adalah “kebiasaan masyarakat pesisir yang terikat. Sebaliknya cobaperhatikan kutipan di bawah ini:
“Dalam tekanan mental yang demikian hebat, tiba-tiba terjadi ledakan fitnah Gerakan Tigapuluh September. Ternyata akibat peristiwa ini terjadi kegoncangan hebat dalam sendi-sendi kehidupan. Suara hati yang selama ini tertindis tipis-tipis, membesit ke luar dan menjadi banjir besar yang menantang sendi-sendi hidup lama. Lahirlah angkatan baru yang berjuang atas dorongan hati nurani. Muncullah sajak-sajak yang membawakan suara orde baru seperti kumpulan-kumpulan Sajak taufik Ismail Tirani, Benteng, kumpulan sajak W. Situmerang Kebangkitan, dan lain-lain”.
Bila dibandingkan dengan kutipan pertama di atas, kutipan kedua ini lebih memperinci secara mendetail akibat-akibat. Sebab dinyatakan secara ringkas atau umum, yaitu ledakan fitnah Gerakan Tigapuluh September, sedangkan perincian-perincian ditekankan kepada akibat-akibat. Kutipan pertama di atas sebaliknya lebih memperinci sebab-sebabnya. Namun kedua kutipan mempunyai dasar yang sama yaitu membicarakan sebab dan akibat.
Sebuah variasi dari sebab-akibat ini adalah pemecahan masalah. Pemecahan masalah juga bertolak dari hubungan kausal, tetapi tidak berhenti di situ saja; ia masih berjalan lebih lanjut menunjukkan jalan-jalan ke luar untuk menjauhkan sebab-sebab tertentu, atau menjauhkan akibat-akibat yang dihasilkan oleh sebab-sebab tadi.

2. Analogi
Analogi menunjukkan ketidaksamaan (perbedaan) yang sisitematis antara dua barang atau hal yang berlainan kelasnya. Lain halnya dengan perbandingan dan pertentangan yang memberikan sejumlah ketidaksamaan antara dua hal. Bila seseorang mengatakan “awan dari sebuah atom itu membentuk sebuah cendawan raksasa”, maka perbandingan antara awan ledakan atom dan cendawa merupakan sebuah analogi, sebab sebuah hal itu sangat berbeda kelasnya, kecuali kesmaan bentuknya.
Analogi biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang tidak atau kurang dikenal dengan sesuatu yang dikenal baik oleh umum, untuk menjelaskan hal yang kurang umum. Perhatikan contoh berikut:
“Pencabangan suatu bahasa proto menjadi dua bahasa baru atau lebih, serta tiap-tiap bahasa baru itu dapat bercabang pula dan seterusnya, dapat disamakan dengan pencabangan sebatang pohon. Pada suatu waktu batang pohon tadi mengeluarkan ranting-ranting yang baru. Demikian seterusnya. Begitu pula pencabangan pada bahasa.
Tetapi harus diingat bahwa antara pencabangan bahasa dan pencabangan sebatang pohon terdapat suatu perbedaan. Setelah sebuah bahasa bercabang, maka antara bahasa-bahasa yang baru itu masih terdapat kontak timbal-balik, masih terjalin pengaruh mempengaruhi antara kedua bahasa itu. Lain halnya dengan cabang sebuah pohon atau ranting yang terpisah, ia tidak menghiraukan lagi nasib cabang atau ranting-ranting lainnya.”

3. Perbandingan dan Pertentangan
 
Yang dimaksud dengan perbandingan dan pertentangan adalah suatu suatu cara dimana pengarang menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang, obyek atau gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu. Kita dapat membandingkan misalnya dua tokoh pendidikan, bagaimana poltik pendidikan yang dijalaninya dengan memperhatikan pula segi-segi lain untuk menerangkan gagasan sentral itu. Maksud daripada perbandingan itu adalah untuk sampai kepada suatu penilaian yang relative kepada kedua tokoh tersebut. Segi-segi perbandingan harus disusun sekian macam sehingga kita dapat sampai kepada gagasan sentralnya. Misalnya mula-mula kita membandingkan rasa humor mereka, cara mereka menghadapi lawan-lawannya, cara mereka menghadapi pendukung-pendukungnya, serta tingkah laku pribadi mereka; rangkaian perbandingan-perbandingan itu diarahkan kepada gagasan sentral, yaitu bagaimana rasa humor mereka menjadi senjata politis, serta bagaimana mereka menghadapi lawan-lawan mereka sekian maca sehingga tidak merugikan sahabat-sahabat dan sekutu-sekutu mereka.
Perhatikan kutipan di bawah ini:
“Demokratisering yeng menandai sepak terjang Angkatan ’66 yang juga sangat terkenal dengan istilah Orde Baru pada hakekatnya adalah bangkitnya kesadaran dan keinsafan akan pentingnya kritik. Sebab demokrasi tanpa kritik merupakan isapan jempol belaka. Demikian tulis Prof. Dr. R.C. Kwant. ‘Kritik menyodorkan kenyataan secara penuh tanggung-jawab dengan tujuan agar orang yang bersangkutan mengadakan pemikiran kembali dan selanjutnya mengadakan perbaikan diri atau self koreksi’.
Mengapa demokratisering dan dinamisering dengan cita-cita yang begitu luhur itu dapat kurang lancer jalannya, pada hemat kami memang bisa dimaklumi dengan mengingat namanya sendiri yakni Orde Baru. Ini berarti bahwa kritik masih merupakan hal yang baru. Hal ini jelas kita taruhkan pada latar belakang orde lama sebagai kebalikannya. Dalam kehidupan orde lama kata “kritik” tidak termuat dalam kamus sehari-hari. Yang ada ialah kata-kata macam menjilat, mendukung tanpa reserve dan sebagai kelanjutannya adalah merongrong, ganyang dan mendongkel. Kata-kata terakhir itu diperuntukkan lawan-lawannya yang tidak sepaham, sebab setiao gejala yang menunjukkan akan adanya suatu pengertian ke arah kebaikan tetapi yang tidak begitu mendatangkan kenan lingkungan istana karena dipandang bertentangan dengan apa yang sedang berlaku maka disebutnya merongrong kewibawaan, melawan kebijaksanaan yang telah digariskan oleh pemerintah. Kuliah filsafat yang menjadikan manusia bisa berpikir lurus dan kritis dan karenanya telah dijadikan studium generale kemudian harus dicabut dari lembaga ilmiah tertinggi ini dengan dalil ‘menghidupkan alam pikiran liberal’. Karenanya harus diganyang oleh setiap orang yang selalu siap mendukung tanpa reserve pada setiap tindakan yang mau merealisasikan gagasan ‘ilmu untuk rakyat’. Filsafat adalah ajaran kaum liberalis borjuis, dengan sendirinya rakyat yang menciptakan masyarakat sosialis emoh filsafat”.
Alinea pertama hanya berfungsi sebagai dasar untuk memahami alinea yang kedua. Dasar yang dinyatakan dalam alinea pertama itu adalah pentingnya kritik. Tetapi supaya persoalan kritik ini bisa lebih jelas fungsinya maka diuraikan dalam sebuah perbandingan, yaitu antara orde lama dan orde baru. Dalam orde lama kritik tidak ada. Karena tidak ada kritik, maka timbulah akibat selanjutnya: menjilat, mendukung tanpa reserve: sedanfkan untuk lawan-lawan politik dilontarkan kata-kata: merongrong, ganyang dan mendongkel; begitu pula kuliah filsafat yang membuat manusia bisa berpikir kritis dilarang. Kalau kita melihat ciri-ciri orde lalma ini, maka orde baru haruslah merupakan kebalikan dari itu. Yakni adanya kritik dengan segala konsekuensinya.
(Selanjutnya: Analogi)
Referensi: Prof. DR. Gorys Keraf_Komposisi_Sebuah Pengantar Kenahiran Bahasa
 

Tema Karangan

Tema Karangan
Pengertian tema, secara khusus dalam karang-mengarang, dapat dilihat dari dua sudut, yaitu dari dari sudut karangan yang telah selesai dan dari proses penyusunan sebuah karangan.
Dilihat dari sudut sebuah karangan yang telah selesai, tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Amanat utama ini dapat diketahui misalnya bila seorang rnembaca sebuah roman, atau karangan lainnya. Selesai membaca karangan tersebut, akan meresaplah ke dalam pikiran pembaca suatu sari atau makna dari seluruh karangan itu. Sebuah buku roman misalnya akan memiliki sebuah tema dasar yang dapat dirumuskan dalam sebuah kalimat singkat: “Karena kuatnya pengaruh adat-istiadat, maka setiap perjuangan muda-mudi untuk rnenentukan sendiri kawan-hidupnya di sekitar tahun dua puluhan, akan selalu menemui kegagalan”. Inti atau sari amarrat dari buku roman yang hanjang lebar menguraikan kisah asmara antara seorang pemuda A dan Pemudi B, yang akhirnya hancur berantakan karena halangan dari pihak orang tua dan adat-istiadat, sebagai yang dirumuskan dalam kalimat singkat di atas tadi, itulah yang dinamakan tema.
Dari segi proses penulisan kita bisa membatasi tema dengan suatu rumusan yang agak berlainan, walaupun nantinya apa yang dirumusk an itu pada hakekatnya sama saja. Dalam kenyataan untuk menulis suatu karangan, penulis harus memilih suatu topik atau pokok pembicaraan. Di atas pokok pembicaraan itulah ia menempatkan suatu tujuan yang ingin disampaikan dengan landasan topik tadi. Dengan demikian pada waktu menyusun sebuah tema atau pada waktu menentukan sebuah tema untuk sebuah karangan ada. dua. unsur yang paling dasar perlu diketahui yaitu topik atau pokok pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi. Berdasarkan kenyataan ini, pengertian tema dapat dibatasi sebagai: suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi.
Hasil perumusan yang kita namakan tema tadi, bisa dinyatakan dalam sebuah kalimat singkat seperti contoh yang telah dikemukakan di atas. Tetapi tema itu dapat pula mengambil bentuk yang Iebih luas berupa sebuah alinea, atau berupa rangkaian dari alinea-alinea. Bentuk yang terakhir ini biasanya disamakan dengan ikhtisar, dan kadang-kadang dengan ringkasan. Antara ringkasan dan tema sebenarnya terdapat perbedaan besar, karena dalam sebuah ringkasan masih disebutkan para pelaku dengan alur kisahnya (plot) dan sebagainya. Sedangkan tema hanya merupakan gagasan-gagasan atau amanat yang ingin disampaikan pada para pembaca, belurn dijalin dengan para pelaku, tempat sebagai ruang berlangsungnya peristiwa atau aktivitas dan interaksi antara. para tokohnya. Ringkasan merupakan utaian itu secara komplit dalam bentuk yang singkat, sedangkan tema merupakan sari dasar atau amanat yang akan disampaikan penulis.
Bagaimanapun semua karya, entah sebuah buku yang bersifat rekaan (fiktif) seperti roman, novel, cerpen,.atau sebuah buku yang bersifat non-fiktif tentang masalah perburuhan, politik internasional, perkembangan teknologi modern, hasil penelitian dsb., harus memiliki sebuah tema, atau sebuah amanat utama. yang akan disampaikan kepada para pembaca. Atau dengan kata lain amanat utama yang akan disampaikan itu merupakan suatu maksud tertentu yang dijalin dalam sebuah topik pembicaraan.
Panjang tema tergantung dari berapa banyak hal yang akan disampaikan sebagai perincian dari tujuan utama, dan kemampuan penulis untuk memperinci dan mengemukakan ilustrasi-ilustrasi yang jelas dan terarah. Perbandingan antara tema dengan karangan dapat disamakan dengan hubungan antara sebuah kalimat dan gagasan utama kalimat yang terdiri dari subyek dan predikat. Semua bagian kalimat lainnya hanya berfungsi untuk memperjelas gagasan-gagasan utama tadi. Begitu pula, kedudukan tema secara lebih konkrit dapat kita lihat dalam hubungan antara kalimat topik dan alinea. Kalimat topik merupakan tema dari alinea itu. Sedangkan kalimat-kalimat lainnya hanya berfungsi untuk memperjelas kalimat topik atau tema alinea tersebut.
Reference: Prof. DR. Gorys Keraf. Komposisi_Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa

Paragraf Deduktif, Induktif dan Deduktif-Induktif

Paragraf deduktif
Paragraf dengan kalimat utama di awal, kemudian diikuti oleh kalimat penjelas.
Contoh :
Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional. Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku.

Paragraf induktif:
Kalimat utama terletak di akhir paragraf setelah kalimat-kalimat penjelas.
Contoh :
Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku. Itulah beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional

Paragraf Deduktif-Induktif
Kalimat Utamanya terdapat pada awal paragraph, dan ai akhir juga ada loh….
Contoh :
Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional (UAN). Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku. Oleh karena itu, maka sebaiknya para guru memberitahukan tips belajar menjelang UAN.

Mengubah Kalimat Aktif menjadi Kalimat Pasif dan Kalimat Pasif manjadi Kalimat Aktif

Untuk mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif dan juga sebaliknya dapat dilakukan langkah-langkah mudah berikut ini :
1. Mengubah awalan pada Predikat
    Yaitu menukar awalan me- atau ber- dengan di- atau ter- dan begitu sebaliknya.
2. Menukar Subyek dengan Obyek dan sebaliknya
    Menukar kata benda yang tadinya menjadi obyek menjadi subyek dan begitu sebaliknya.
    Contoh :
    Ibu memasak sayur => Sayur dimasak oleh ibu.

 Berikut contoh kalimat lain :
"Joni berkawan dengan Ariel => Ariel dikawani Joni"
hal ini berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:


1. Kalimat yang memiliki fungsi P (prediakat) berimbuhan ber- tergolong sebagai bentuk Kalimat Aktif      Intransitif yang berarti tidak dapat diubah bentuk atau susunannya

2. Kalimat AKtif Intransitif, umumnya berpola S-P-Pel/K bukan S-P-O

3. Fungsi Pel (pelengkap) tidak dapat ditransfer atau diubah seperti halnya fungsi O (objek) menjadi fungsi S (subjek) dalam bentuk pasif

4. Awalan ber- tidak memiliki bentuk pasif selayaknya awalan me-, me-i, me-kan, memper-i dan atau memper-kan dengan bentuk pasif di-, di-i, di-kan, diper-i dan atau diper-kan.

Oleh karena itu, bentuk Kalimat Aktif Intransitif :
"Joni berkawan dengan Ariel" (benar dan tidak dapat dipasifkan)
namun, bentuk Kalimat Aktif Transitif:
"Joni melukai Ariel => Ariel dilukai Joni (benar dan dapat dipasifkan)

Pengertian Pidato, Tujuan, Sifat, Metode, Susunan Dan Persiapan Pidato Sambutan


A. Definisi / Pengertian Pidato
Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak. Contoh pidato yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya.
Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan publik / umum dapat membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik.

B. Tujuan Pidato
Pidato umumnya melakukan satu atau beberapa hal berikut ini :
1. Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita dengan suka rela.
2. Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain.
3. Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan.

C. Jenis-Jenis / Macam-Macam / Sifat-Sifat Pidato
Berdasarkan pada sifat dari isi pidato, pidato dapat dibedakan menjadi :
1. Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca acara atau mc.
2. Pidato pengarahan adalah pdato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.
3. Pidato Sambutan, yaitu merupakan pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.
4. Pidato Peresmian, adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu.
5. Pidato Laporan, yakni pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan.
6. Pidato Pertanggungjawaban, adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban.

D. Metode Pidato
Teknik atau metode dalam membawakan suatu pidatu di depan umum :
1. Metode menghapal, yaitu membuat suatu rencana pidato lalu menghapalkannya kata per kata.
2. Metode serta merta, yakni membawakan pidato tanpa persiapan dan hanya mengandalkan pengalaman dan wawasan. Biasanya dalam keadaan darurat tak terduga banyak menggunakan tehnik serta merta.
3. Metode naskah, yaitu berpidato dengan menggunakan naskah yang telah dibuat sebelumnya dan umumnya dipakai pada pidato-pidato resmi.

E. Persiapan Pidato
Sebelum memberikan pidato di depan umum, ada baiknya untuk melakukan persiapan berikut ini :
1. Wawasan pendengar pidato secara umum
2. Mengetahui lama waktu atau durasi pidato yang akan dibawakan
3. Menyusun kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti.
4. Mengetahui jenis pidato dan tema acara.
5. Menyiapkan bahan-bahan dan perlengkapan pidato, dsb.

F. Kerangka Susunan Pidato
Skema susunan suatu pidato yang baik :
1. Pembukaan dengan salam pembuka
2. Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi
3. Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah, dll.
4. Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll)

JENIS KATA DALAM BAHASA INDONESIA

Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan. Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata. Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru.
Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:
  1. Nomina (kata benda); nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan, misalnya buku, kuda.
  2. Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis, misalnya baca, lari.
    • Verba transitif (membunuh),
    • Verba kerja intransitif (meninggal),
    • Pelengkap (berumah)
  3. Adjektiva (kata sifat); kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat.
  4. Adverbia (kata keterangan); kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda, misalnya sekarang, agak.
  5. Pronomina (kata ganti); kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu.
    • Orang pertama (kami),
    • Orang kedua (engkau),
    • Orang ketiga (mereka),
    • Kata ganti kepunyaan (-nya),
    • Kata ganti penunjuk (ini, itu)
  6. Numeralia (kata bilangan); kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukkan urutannya dalam suatu deretan, misalnya satu, kedua.
    • Angka kardinal (duabelas),
    • Angka ordinal (keduabelas)
  7. Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya dapat dibagi menjadi lima subkelompok:
    • preposisi (kata depan) (contoh: dari),
    • konjungsi (kata sambung) - Konjungsi berkoordinasi (dan), Konjungsi subordinat (karena),
    • artikula (kata sandang) (contoh: sang, si) - Umum dalam bahasa Eropa (misalnya the),
    • interjeksi (kata seru) (contoh: wow, wah), dan
    • partikel.( lah, kah, tah )

Ejaan dalam bahasa Indonesia

EJAAN adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.

Sejarah singkat

Pada tahun 1901 diadakan pembakuan ejaan bahasa Indonesia yang pertama kali oleh Prof. Charles van Ophuijsen dibantu oleh Engku Nawawi gelar Sutan Makmur dan Moh. Taib Sultan Ibrahim. Hasil pembakuan mereka yang dikenal dengan Ejaan Van Ophuijsen ditulis dalam sebuah buku. Dalam kitab itu dimuat sistem ejaan Latin untuk bahasa Melayu di Indonesia.
Van Ophuijsen adalah seorang ahli bahasa berkebangsaan Belanda. Ia pernah jadi inspektur sekolah di maktab perguruan Bukittinggi, Sumatera Barat, kemudian menjadi profesor bahasa Melayu di Universitas Leiden, Belanda. Setelah menerbitkan Kitab Logat Melajoe, van Ophuijsen kemudian menerbitkan Maleische Spraakkunst (1910). Buku ini kemudian diterjemahkan oleh T.W. Kamil dengan judul Tata Bahasa Melayu dan menjadi panduan bagi pemakai bahasa Melayu di Indonesia.
Ejaan ini akhirnya digantikan oleh Ejaan Republik pada 17 Maret 1947.

Dari Ejaan van Ophuijsen Hingga EYD

1. Ejaan van Ophuijsen

Pada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan van Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan tersebut dirancang oleh van Ophuijsen dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma'moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan ini adalah sebagai berikut.

  1. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.
  2. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
  3. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma'moer, 'akal, ta', pa', dinamai'.

2. Ejaan Soewandi

Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan menggantikan ejaan van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan Republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut.

  1. Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur.
  2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.
  3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
  4. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.

3. Ejaan Melindo

Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu (Slametmulyana-Syeh Nasir bin Ismail, Ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.

4. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.

Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.

Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.

Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut.

1. Perubahan Huruf
Ejaan Soewandi Ejaan yang Disempurnakan
dj djalan, djauh j jalan, jauh
j pajung, laju y payung, layu
nj njonja, bunji ny nyonya, bunyi
sj isjarat, masjarakat sy isyarat, masyarakat
tj tjukup, tjutji c cukup, cuci
ch tarich, achir kh tarikh, akhir

2. Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.

f maaf, fakir
v valuta, universitas
z zeni, lezat

3. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai

a : b = p : q
Sinar-X

4. Penulisan di- atau ke- sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.

di- (awalan) di (kata depan)
ditulis di kampus
dibakar di rumah
dilempar di jalan
dipikirkan di sini
ketua ke kampus
kekasih ke luar negeri
kehendak ke atas

5. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2.

anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat

Sumber: Cermat Berbahasa Indonesia, Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai